29/03/22

Whole Recovery After Isoman

 Hi


Beberapa waktu lalu commitment untuk ngeblog paling gak satu postingan per bulan.

Rupa-rupanya, challenging. Haha. Bahkan bulan lalu beli jurnal baru untuk nyatet sehari-hari tapi, zonk juga. Konsisten tidak konsisten.


Sepanjang bulan Februari-Maret kayaknya agak compang-camping recovery seisi rumah.

Jadi bulan Februari lalu, qodarullah alhamdulillah kena covid (wkwk) jadi harus isoman 14 hari full berdua suami.


Gejala di lima hari pertama kacrut banget. Yang gw inget: pusing, demam, radang tenggorokkan, flu berat, batuk, pilek, sakit kepala, dan bahkan diare. Semua itu muncul selang-seling selama lima hari pertama.

Gw sampe harus merelakan rambut ombre kesayangan, tebas abis, karena gak kuat pusingnya pas lagi nguncir rambut. Sampe sebegitunya :')

Alhamdulillah nafsu makan gak menurun, walaupun indera pengecap agak menurun tp harus tetep makan. Bobot naik jauh, gak masak sama sekali karena letoy Haha.


Kayaknya ini sakit rumahan pertama yg rasanya gak enak banget. Karena semua jenis penyakit nyampur di waktu yg berdekatan, dan kondisi badan sedang drop.


Suami test di tempat kredibel (karena kebutuhan kantor), jadi kerecord real-time di Peduli Lindungi, dan bisa dapet obat gratis. 

Gw test di tempat yg biasa aja, jadi hasilnya lama, dan obatnya belakangan. Udah keburu sembuh tu obat baru dateng, wkwkw. 



But, Alhamdulillah, we were too blessed to pass it.

Setelah merasa sehat, kami berpikir: "duh cari suasana baru"

kayaknya ada yg masih kurang optimal dari rumah ini.

Out of nowhere, merasa bugar kembali, beberapa minggu setelah isoman kita berdua memutuskan untuk rombak kamar utama.


Rombak Kamar:

Alasannya, karena kamar utama jadi spot WFH suami. Tempat istirahat tiap malam, dan melek mata untuk mulai hari. Berharap good mood terus dong.

Jadi lah gw itung semua dimensi ruang dan barang di kamar, lalu design relayout. Sekalian sortir barang & baju yang masih dipake.


How do I feel? Seneng.

Haha. Asli, gw gambar dan hitung beberapa kemungkinan layout dengan ruang yang terbatas itu.

Begitu dapat komposisi yang tepat, kami berdua (anak titip Oma, karena a lot of thing replace in the house) mulai ngerjain seharian full.

Begitu udah selesai, wow. Kayak bangga banget. Ilmu gw sekolah teknik, terpakai dengan baik di rumah :') Alhamdulillah.


Dapur:

Gw juga relayout area dapur dan meja makan.

Ini juga gak kalah sulit karena bulky itemnya lebih dari satu, dan ada barang yang gak bisa dipindahin (kulkas, karena berat).

Relayout are ini lebih challenging karena constraint-nya banyak, contoh: beberapa item yang harus ditaro di dekat power supply, item yang gak boleh kena air (maklum kalo hujan ada bagian rumah yg tampyas wakak), dan ada bagian rumah yang baiknya ditutup karena cat menggelembung. Kelar Haha.


akhirnya, demi memiliki suasan baru, kami relayout dan menambah satu rak sesuai kebutuhan.

Goalsnya adalah ngeberesin meja makan yang selama ini merangkap meja nulis, naro buku, stationery, ngiris bawang, nyiangin sayuran => menjadi hanya meja makan saja.

Harapannya, aktivitas selain makan boleh dilakukan di meja tersebut, tapi harus langsung dibereskan kembali. Di atas meja makan hanya boleh ada rice cooker aja. Titik.

Wow, ambisius sekali, Mam. Gakpapa dong. 



Masih ada beberapa leftover item yang musti diberesin sebelum puasa. 

Ada kardus untu barang donasi, ayo kita selesaikan segera. Agar area rumah kita semakin spark joy (thx Marie Kondo)


Begitulah, ceritanya.

Sudah sekitar 2-3 minggu berjalan, kami jadi lebih mudah dalam ngeberesin rumah (karena gak terlalu berantakan), dan lebih nyaman. 


Sehat selalu, ya!

no more covid, Aamiin.



ditulis di McD Sunburst, pukul 10.08 AM.

Sambil nunggu giliran vaksin dosis-3.